Senin, 07 Mei 2012

PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA


  PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AGAMA

                Manusia adalah makhluk yang tertinggi derajatnya dibanding dengan makhluk lainya, bukan sekedar karena ia berakal melainkan ia sanggup mengembangkan akalnya sebagaimana terwujud dalam kebudayaan yang mereka kembangkan. Pendidikan dalam arti luas yaitu menanamkan sikap dan keterampilan beradaptasi terhadap lingkungannya. Sikap dan keterampilan yang ditanamkan kepada manusia melalui berbagai bentuk pendidikan biasanya mengacu pada nilai-nilai dan gagasan vital yang berlaku sehingga setiap tindakan sesorang dapat dipahami dan mendapatkan tanggapan dari anggota masyarakat lainya sesuai dengan apa yang dimaksud.
                Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dan harus diperhatikan oleh setiap Negara,karena pendidikan adalah suatu usaha untuk memajukan suatu bangsa dan Negara. Pendidikan yang utama dan pertama adalah pendidikan dalam keluarga. Keluarga merupakan  suatu persekutuan sosial terkecil, kesatuan sosial inilah berpangkal keturunan manusia yang kemudian mewujudkan puak, kabilah, suku, seterusnya menjadi umat dan bangsa-bangsa yang bertebaran menghuni dan menjadi penduduk bumi yang luas ini. Dalam mendidik anak haruslah tercipta suasana dan lingkungan yang membuat anak itu menjadi anak yang jujur, adil dan sabar serta dapat dipercaya, setia dan mau berkorban, penuh cinta serta penuh kreatifitas untuk mengembangkan jati diri secara wajar. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan dalam rumah tangga itu amat penting bagi pertumbuhan kepribadian anak.
                Dengan menanamkan ketakwaan kepada Allah Ta’laa dimana sejak lahir diperdengarkan kalimat Allah Swt, ditelinganya serta memberikan contoh anak-anaknya karena kesibukan mereka mencari nafkah, alasan ekonomi seringkali menyebabkan orang tua tidak mempunyai banyak waktu untuk mendidik anak-anaknya, akibatnya banyak anak yang terlantar pendidikanya . Banyak orang tua menyerahkan pendidikan anak-anak mereka sepenuhnya di sekolah padahal pendidikan sekolah tidak dapat mengantikan seluruh fungsi pendidikan keluarga, khususnya dalam kepribadian anak . Orang tua lupa bahwa pendidikan aqidah (agama) harus diselenggarakan  dirumah secara intensif, semakin besar peranan orang tua terhadap anak dalam pembinaan agamanya, maka anak semakin terpimpin dalam lingkungan keluarga juga masyarakat.
                Pendidikan merupakan mekanisme sosial untuk mempertahankan kelestarian masyarakat dengan melalui kegiatan reproduksi sosial. Membentuk sikap dan kepribadian genersi muda sebenarnya tidak terlepas dari penghayatan dan pengalaman agama. Pendidikan agama tidak terlepas dari moral, yang tumbuh berkembang dari pengalaman –pengalaman yang di lalui manusia sejak lahir dan terus berkembang hingga dewasa. Walaupun zaman berubah, masyarakat berkembang dengan tantangan hidup yang semakin kompleks, manusia tidak kehilangan pegangan, karena kemapanan nilai-nilai agama tersebut.           
               Agama itu ada sejak manusia pertama (adam) lahir kepermukaan bumi dan mulai saat itulah diajarkan tentang kepercayaan kepada tuhan. Naluri bertuhan ini sebagai kesadaran yang tidak bisa dihilangkan dan terhapus sama sekali, redup cahayanya, sehingga tidak dapat lagi dipakai menjadi suluh penerangan yang membukakan hati bagi iman yang sempurna dan agama yang nyata, namun ia tidak mau terhapus sama sekali. Sebaliknya kesadaran itu boleh jadi lebih hidup dan lebih terang jika mendapatkan tunjangan dari akal fikiran, maka menjadilah ia cahaya yang terang benderang member tuntutan zaman kebenaran. Sebagaiman halnya kebebasan memilih agama di Indonesia ini. Sejalan dengan firman allah Surah al-baqarah 256 yang berbunyi ;
256.  Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut.
           Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa mana agama yang benar yang akan membawa kepada hidup ini allah Swt. Tidak memaksakan agama kepada pemeluknya tetapi hanya orang-orang yang berakalah yang dapat menetahui benar yang akan membawa kepada kebahagian hidup dunia dan akhirat, dan yang membawa pada kesesatan.
            Kebudayaan berasal dari kata sanksekerta, yaitu buddhi atau akal. Jadi kebudayaan ini dapat diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan budi akal. Ahmad D. marimba berpendapat, kebudayaan adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka berdasarkan defenisi di atas dapatlah dikatakan bahwa kebudayaan itu hasil karya manusia dalam rangka mempertahankan hidupnya dari masa kemasa sesuai dengan kebutuhan dan akan di wariskan kepada generasi berikutnya sehingga menjadi suatu kebiasaan yang tidak mudah untuk di hilangkan.
            Manusia adalah saudara muslim, sebab itu dalam pandangan Islam, tidak ada sorang manusia yang berkulit putih lebih mulia dari yang berkulit hitam, tidak ada suku ini lebih mulia dari suku itu. Manusia dapat berbeda dengan lainya dengan kecerdasan, kepandaian, pekerjaan dan produksi,demikian pula dalam hal kemanfaatanya di dalam masyarakat.Allah taala sangat menyukai orang-orang yang berusaha dengan tulus iklas tanpa paksaan, karena orang yang tulus iklas itu akan mendatangkan kebaikan-kebaikan dan merupakan ibadah yang mendapat RidhaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar