ABSTRAK
Autisma, sebuah sindroma gangguan perkembangan sistem syaraf pusat yang ditemukan pada sejumlah anak ketika masa kanak-kanak hingga masa-masa sesudahnya. Ironisnya, sindrom tersebut membuat anak-anak yang menyandangnya tidak mampu menjalin hubungan sosial secara normal, bahkan tidak mampu untuk menjalin komunikasi dua arah.
Namun Penelitian ini membuktikan bahwa anak autis dapat berkembang dengan maksimal dan mempunyai benefiditas bagi orang lain. Anak penyandang autis yang mengalami keterbatasan dalam bahasa ekspresif dan bahasa reseptif akan sulit menyampaikan isi pikiranya maupun memahami kata-kata yang diterimanya. Anak penyandang autis yang mengalami hambatan pada area bahasa reseptif dapat mendengar kata-kata tetapi mereka tidak selalu memahami arti kata seperti pada anak-anak normal lainya.
Kemampuan bahasa phiskomotorik pada penyandang autis dapat di tingkatkan dengan menggunakan program applied behavior analysis (ABA). Materi dasar ABA untuk melatih kemampuan bahasa reseptif (psikomotor) adalah kemampuan untuk memperhatikan, meniru dan kemampuan untuk mengidentifikasi (Maurice, 1996). Setiap sesi pengajaran terdiri dari beberapa kali trial (Puspita 2003). Setiap trial memiliki awal dan akhir yang jelas (Leaf & Mc Ennchin, 1999) sebuah trial memiliki awal dan akhir yang terdiri dari komponen-komponen presentasi dan discriminiative stimulus atau instruksi guru, respon anak, dan konsekwensi (reinforcement), selain itu terdapat jeda waktu (intetrial interval) sebelum terapi menyediakan stimulus berikutnya. (Maurice 1996) Tesis ini merupakan kritik terhadap pandangan Holmes (2001) yang menyatakan bahwa anak autis yang selalu dibantu atau intervensi akan menjadi anak yang hidup dalam ketergantungan (helplessness), Sebaliknya, tesis ini membuktikan serta mendukung pendapat Ivar lovas dan Linda Hodgdon, bahwa semakin cepat intervensi dilakukan terhadap penyandang autis dapat mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, serta menempatkan spiritualitas dan religiousitas bernilai llahiyah/agama sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan jiwa keagamaan anak autis (aspek afektif dan psikomotorik). Setelah melakukan intervensi selama dua minggu terdapat peningkatan kemampuan subjek untuk memahami gerakan psikomotor (shalat). Dalam hal imitasi gerakan mengangkat tangan (takbir), ruku, sujud telah melampaui kriteria keberhasilan. Perilaku gerakan tasyahud awal, tasyahud akhir, dan salam juga menunjukan adanya peningkatan. Selama periode intervensi, subjek belum sepenuhnya mencapai keberhasilan gerakan imitasi psikomotor shalat namun bisa dikatakan mandiri karena telah dapat melakukan sendiri tanpa bantuan (promt). Sumber sekunder tesis ini adalah buku yang berjudul the everyting parent’s guide to children with autism, Behavioral Intervention for young Children with Autism, tentang intervensi pendidikan anak autis, Autism throught the Life Span. Sumber-sumber tersebut dianalisis menggunakan teknik analisa deskriptif, dengan menggunakan pendekatan filosofis dan psikologis.
Kemampuan bahasa phiskomotorik pada penyandang autis dapat di tingkatkan dengan menggunakan program applied behavior analysis (ABA). Materi dasar ABA untuk melatih kemampuan bahasa reseptif (psikomotor) adalah kemampuan untuk memperhatikan, meniru dan kemampuan untuk mengidentifikasi (Maurice, 1996). Setiap sesi pengajaran terdiri dari beberapa kali trial (Puspita 2003). Setiap trial memiliki awal dan akhir yang jelas (Leaf & Mc Ennchin, 1999) sebuah trial memiliki awal dan akhir yang terdiri dari komponen-komponen presentasi dan discriminiative stimulus atau instruksi guru, respon anak, dan konsekwensi (reinforcement), selain itu terdapat jeda waktu (intetrial interval) sebelum terapi menyediakan stimulus berikutnya. (Maurice 1996) Tesis ini merupakan kritik terhadap pandangan Holmes (2001) yang menyatakan bahwa anak autis yang selalu dibantu atau intervensi akan menjadi anak yang hidup dalam ketergantungan (helplessness), Sebaliknya, tesis ini membuktikan serta mendukung pendapat Ivar lovas dan Linda Hodgdon, bahwa semakin cepat intervensi dilakukan terhadap penyandang autis dapat mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, serta menempatkan spiritualitas dan religiousitas bernilai llahiyah/agama sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan jiwa keagamaan anak autis (aspek afektif dan psikomotorik). Setelah melakukan intervensi selama dua minggu terdapat peningkatan kemampuan subjek untuk memahami gerakan psikomotor (shalat). Dalam hal imitasi gerakan mengangkat tangan (takbir), ruku, sujud telah melampaui kriteria keberhasilan. Perilaku gerakan tasyahud awal, tasyahud akhir, dan salam juga menunjukan adanya peningkatan. Selama periode intervensi, subjek belum sepenuhnya mencapai keberhasilan gerakan imitasi psikomotor shalat namun bisa dikatakan mandiri karena telah dapat melakukan sendiri tanpa bantuan (promt). Sumber sekunder tesis ini adalah buku yang berjudul the everyting parent’s guide to children with autism, Behavioral Intervention for young Children with Autism, tentang intervensi pendidikan anak autis, Autism throught the Life Span. Sumber-sumber tersebut dianalisis menggunakan teknik analisa deskriptif, dengan menggunakan pendekatan filosofis dan psikologis.
Autisma, sebuah sindroma gangguan perkembangan sistem syaraf pusat yang ditemukan pada sejumlah anak ketika masa kanak-kanak hingga masa-masa sesudahnya. Ironisnya, sindrom tersebut membuat anak-anak yang menyandangnya tidak mampu menjalin hubungan sosial secara normal, bahkan tidak mampu untuk menjalin komunikasi dua arah.
Namun Penelitian ini membuktikan bahwa anak autis dapat berkembang dengan maksimal dan mempunyai benefiditas bagi orang lain. Anak penyandang autis yang mengalami keterbatasan dalam bahasa ekspresif dan bahasa reseptif akan sulit menyampaikan isi pikiranya maupun memahami kata-kata yang diterimanya. Anak penyandang autis yang mengalami hambatan pada area bahasa reseptif dapat mendengar kata-kata tetapi mereka tidak selalu memahami arti kata seperti pada anak-anak normal lainya. Kemampuan bahasa phiskomotorik pada penyandang autis dapat di tingkatkan dengan menggunakan program applied behavior analysis (ABA). Materi dasar ABA untuk melatih kemampuan bahasa reseptif (psikomotor) adalah kemampuan untuk memperhatikan, meniru dan kemampuan untuk mengidentifikasi (Maurice, 1996). Setiap sesi pengajaran terdiri dari beberapa kali trial (Puspita 2003). Setiap trial memiliki awal dan akhir yang jelas (Leaf & Mc Ennchin, 1999) sebuah trial memiliki awal dan akhir yang terdiri dari komponen-komponen presentasi dan discriminiative stimulus atau instruksi guru, respon anak, dan konsekwensi (reinforcement), selain itu terdapat jeda waktu (intetrial interval) sebelum terapi menyediakan stimulus berikutnya. (Maurice 1996) Tesis ini merupakan kritik terhadap pandangan Holmes (2001) yang menyatakan bahwa anak autis yang selalu dibantu atau intervensi akan menjadi anak yang hidup dalam ketergantungan (helplessness), Sebaliknya, tesis ini membuktikan serta mendukung pendapat Ivar lovas dan Linda Hodgdon, bahwa semakin cepat intervensi dilakukan terhadap penyandang autis dapat mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, serta menempatkan spiritualitas dan religiousitas bernilai llahiyah/agama sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan jiwa keagamaan anak autis (aspek afektif dan psikomotorik). Setelah melakukan intervensi selama dua minggu terdapat peningkatan kemampuan subjek untuk memahami gerakan psikomotor (shalat). Dalam hal imitasi gerakan mengangkat tangan (takbir), ruku, sujud telah melampaui kriteria keberhasilan. Perilaku gerakan tasyahud awal, tasyahud akhir, dan salam juga menunjukan adanya peningkatan. Selama periode intervensi, subjek belum sepenuhnya mencapai keberhasilan gerakan imitasi psikomotor shalat namun bisa dikatakan mandiri karena telah dapat melakukan sendiri tanpa bantuan (promt). Sumber sekunder tesis ini adalah buku yang berjudul the everyting parent’s guide to children with autism, Behavioral Intervention for young Children with Autism, tentang intervensi pendidikan anak autis, Autism throught the Life Span. Sumber-sumber tersebut dianalisis menggunakan teknik analisa deskriptif, dengan menggunakan pendekatan filosofis dan psikologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar