Sabtu, 10 November 2012

Teori-Teori Pembelajaran



Teori-Teori Pembelajaran
A. Berhavioristik
Pembelajaran selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan. Hubunagn stimulus dan respons ini bila diulang kan menjadi sebuah kebiasaan.selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan atau msalah, guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya diperoleh hasil.
B. Kognitivisme
Pembelajaran adalah dengan mengaktifkan indera siswa agar memeperoleh pemahaman sedangkan pengaktifan indera dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan media/alat Bantu. Disamping itu penyampaian pengajaran dengan berbagai variasi artinya menggunakan banyak metode.
C. Humanistic
Dalam pembelajran ini guru sebagai pembimbing memberi pengarahan agar siswa dapat mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Dan siswa perlu melakukan sendiri berdasarkan inisisatif sendiri yang melibatkan pribadinya secara utuh (perasaan maupun intelektual) dalam proses belajar, agar dapat memperoleh hasil.
D. Sosial/Pemerhatian/permodelan
Proses pembelajaran melalui proses pemerhatian dan pemodelan Bandura (1986) mengenal pasti empat unsure utama dalam proses pembelajaran melalui pemerhatian atau pemodelan, iaitu pemerhatian (attention), mengingat (retention), reproduksi (reproduction), dan penangguhan (reinforcement) motivasi (motivion). Implikasi daripada kaedah ini berpendapat pembelajaran dan pengajaran dapat dicapai melalui beberapa cara yang berikut:
• Penyampaian harus interktif dan menarik
• Demonstasi guru hendaklah jelas, menarik, mudah dan tepat
• Hasilan guru atau contoh-contoh seperti ditunjukkan hendaklah mempunyai mutu yang tinggi.
3. Ciri-ciri Pembelajaran
Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
(1) siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
(2) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
(3) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
(4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi,
(5) orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta
(6) guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut :
· Motivasi belajar
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992)
· Bahan belajar
Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup.
· Alat Bantu belajar
Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberaapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran tersebut.
· Suasana belajar
Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi :
a. Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama.
b.Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan karakteristik siswa.
Kegairahan dan kegembiraan belajar jug adapat ditimbulkan dari media, selain isis pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh factor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya.
· Kondisi siswa yang belajar
Mengenai kondisi siswa, adapat dikemukakan di sini sebagai berikut :
a. Siswa memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda.
b. Kesamaan siwa, yaitu memiliki langkah-langkah perkenbangan, dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh factor intern dan juga factor luar, yaitu segala sesuatau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominant, tetapi lebih berperan sebagai fasilitaor, motivator, dan pembimbing

Jumat, 25 Mei 2012


Anak sholeh di mata orang tua

Dan orang-orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah untuk kami isteri-isteri dan anak keturunan kami yang menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Al-Furqan: 74)
                 Imam Ibnu Katsir memahami qurratu a’yun dalam ayat ini sebagai anak keturunan yang taat dan patuh mengabdi kepada Allah. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa keluarga yang dikategorikan qurratu a’yun adalah mereka yang menyenangkan pandangan mata di dunia dan di akhirat karena mereka menjalankan ketaatan kepada Allah, dan memang kata Hasan Al-Bashri tidak ada yang lebih menyejukkan mata selain dari keberadaan anak keturunan yang taat kepada Allah swt.
             Secara bahasa, anak dalam bahasa Arab lebih tepat disebut dengan istilah At-Thifl Pengarang Al-Mu’jam al-Wasith mengartikan kata At-Thifl sebagai anak kecil hingga usia baligh.
           Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan anak sebagai keturunan kedua. Disamping itu anak juga berarti manusia yang masih kecil. Anak juga pada hakekatnya adalah seorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa seiring dengan pertambahan usia. Dalam kontek ini, maka anak memerlukan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa (orang tua dan para pendidik).

             Berdasarkan pembacaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebut kata Ath-Thifl yang berarti anak yang masih kecil sebelum usia baligh, maka terdapat empat ayat yang menyebut kata ini secara tekstual. Dua ayat berbicara tentang proses kejadian manusia yang berawal dari air mani, yaitu surah Al-Hajj: 5 dan surah Ghafir: 67. Sedangkan kedua ayat lainnya yang menyebut kata At-Thifl terdapat dalam surah An-Nur : 31 dan 59 yang menjelaskan tentang adab seorang anak di dalam rumah terhadap kedua orang tuanya.

               Yang paling mendasar dalam pembahasan seputar anak tentu tentang kedudukan anak dalam perspektif Al-Qur’an agar dapat dijadikan acuan oleh orang tua dan para pendidik untuk menghantarkan mereka menuju kebaikan dan memelihara serta meningkatkan potensi mereka. Al-Qur’an menggariskan bahwa anak merupakan karunia sekaligus amanah Allah swt, sumber kebahagiaan keluarga dan penerus garis keturunan orang tuanya. Keberadaan anak dapat menjadi: 1) Penguat iman bagi orang tuanya [QS: 37: 102] seperti yang tergambar dalam kisah Ibrahim ketika merasa kesulitan melakukan titah Allah untuk menyembelih Ismail, justru Ismail membantu agar ayahnya mematuhi perintah Allah swt untuk menyembelihnya, 2) Anak bisa menjadi do’a untuk kedua orang tuanya. [QS: 17: 24], 3) Anak juga dapat menjadi penyejuk hati (Qurratu A’ayun), [QS: 25: 74], 4) menjadi pendorong untuk perbuatan yang baik [QS: 19: 44]. Akan tetapi, pada masa yang sama, anak juga dapat menjadi 5) fitnah, [QS: 8; 28] 6), bahkan anak dapat menjelma menjadi musuh bagi orang tuanya. [QS: 65: 14]

ALAM TUHAN DAN MANUSIA
  1. Latar Belakang Msalah
            Alam adalah ciptaan Allah yang dipersiapkan dan diperuntukan untuk seluruh penghuni jagat raya baik manusia hewan tumbuh-tumbuhan atau seluruh binatang yang melata sekalipun tidak pernah alfa dari pengawasanya. Alloh memberikan yang ada di alam bumi  semua sama ada rezekinya masins-masing dan semua dapat rejeki yang layak al quran ; Wama min dzabatin ila ‘alallahi rizkiha’ dan semua makhluk yang ada di alam tidak lepas dalam pengawasanya dan tidaklah allah menciptakannya dengan sia-sia dalam al-Qur’an ‘ wama kholaka hadza bathila’. Mengapa allah menciptakan alam semesta ? Untuk apa sebenarnya allah menciptakan alam beserta isinya ? Adakah konsekwensi manusia dengan adanya alam semesta? Akankah manusia dimintai pertanggung jawaban dengan adanya alam beserta isinya? Apa tugas kita sebagai manusia ketika kita berada di alam yang sangat agung serata mempesona? Allah jadikan gunung-gunung yang indah yang tidak ada yang kuasa menghancurkan kekokohan gunung kecuali dengan ijin yang kuasa. Siapa yang mengendalikan gunung-gunung, angin , laut serta alam yang penuh dengan fatamorgana. Keindahan alam tidak lain Allohlah sebagai penciptanya .

Senin, 21 Mei 2012

senyum yang jujur


Senyum yang jujur
Senyum yang jujur,sejati,dan putih dianggap sebagai piranti valid yang mengekspresikan kesenangan yang spontan,kegembiraan,dan kejujuran perasaan.senyum itu termasuk salah satu keharusandalam interaksi antar manusia,dalam usaha membentuk kejujuran yang sukses,dalam membangun keterusterangan keluarga,dalam seluruh hubungan antar manusia,antar soudara,atara teman dengan temanya,dan antara pemimpin dengan rakyatnya.
Semua itu muncul dari simbol yang dikandung oleh senyuman ,yakni cinta dan kasih sayang kepada seseorang yang dikirimkan kepadanya. Senyuman itu, menyerupai surat cinta seseorang
Yang dikirimkan kepada orang yang dicintainya. Senyum yang jujur adalah surga yang jernih,semerbak harum kehidupan, motivasi kedamaian,yang dikirimkan kepada ruhani, serta pengobat luka hati. Harga sebuah senyuman yang jujur lebih mahal dari pada harga emas dan intan permata,tiada kehidupan tanpa senyuman. Satu senyuman telah cukup untuk memperindah hati dengan perhiasan ikhlas. Satu senyuman yang jujur sudah memadai untuk menjadikan hati mampu membumbung tinggi menuju alam yang aman.satu senyuman yang jujur sudah cukup untuk menjadikan kehidupan menjadi damai.didalam satu senyuman jujur, urat dan keindahan wajah yang pokok akan menggangkat kedua sudut mulut, sementara pipi akan mengangkat urat lainya dan menarik kulit  di sekitar bagian lekuk mata, seukuran dengan kekuatan perasaanya. Senyuman ini biasanya berlangsung singkat dan kejujuranya langsung terasa oleh siapapun yang mendapatkannya, kemudian meninggalkan kesan yang indah pada dirinya.
·         Senyum yang jujur adalah pelipur lara bagi hati, ketika dia terluka
·         Senyum yang jujur adalah’jimat’ yang mampu menghancurkan batu di saat sulit
·         Senyum yang jujur adalah kembalinya harapan di antara hati yang remuk redam akibat perdebatan
·         Senyum yang jujur adalah kalung penyambung antara hati dan bibir
·         Senyum yang jujur adalah bahasa yang jelas  dan indah, tidak perlu diterjemahkan lagi.
·         Senyum yang jujur adalah simbol pemberian, landasan bagi orang-orang yang mencintai kebaikan yang berlimpah,dan karakter orang –orang yang mulia
·         Senyum yang jujur adalah jaring hati
·         Senyum yang jujur adalah yang di makdud nabi muhammad dengan  sabda “ tersenyunnya kamu di hadapan saudaramu itu bernilai sedekah untuk dirimu”
·         Senyum yang jujur adalah senyum yang menenangkan anak muda dan dan membangkitkan kehangatan di hati orang tua
·         Senyum yang jujur adalah senyum yang mendekatkan orang yang jauh dan menenangkan orang takut yang meminta perlindungan
·         Senyuman palsu adalah adalah senyuman yang terjadi ketika seseorang memaksa dirinya untuk bermanis muka atau trpaksa melakukanya untuk menyelamatkan diri dari kondisi yang tidak menyenangkan. Senyum ini tidak menunjukan kasih sayang dari cinta saat senyuman palsu dilakukan, kedua bibir pelakunya menjadi satu dan dua sudut mulutnya berdekatan dan lurus, tanpa mengakibatkan kesan sedikitpun pada kedua mata. Rentang waktu senyuman ini lebih lama daripada senyum yang jujur .namun orang yang mendapatkan senyuman ini tak kan tertipu dan dia pasti dapat menggungkapkan kepalsuan itu

Minggu, 13 Mei 2012


PENDIDIKAN KREATIVITAS
PADA  ANAK AUTIS

PRPOOSAL TESIS

Dimajukan Pada Sekolah Pascasarjana
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Magister dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh:

ELY SUKASIH

NIM: 08.2.00.1.12.08.0008



















SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430/2009 M






PROPOSAL TESIS
PENDIDIKAN  KREATIVITAS  PADA ANAK  AUTIS

( Studi Kasus  Sekolah Pelatihan Al-Ikhsan)

A.   Latar Belakang Masalah
           Autis  [1] atau  autism spectrum disorder  termasuk At Risk atau sindrom aspenger, [2] yang  memerlukan penanganan khusus, atau lebih dikenal  ‘special needs’ (anak  berkebutuhan khusus).  Kesulitan dalam pemahaman autism  dapat menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang secara umum dapat mempengaruhi proses perkembangannya untuk meraih masa depan yang lebih baik. Orang tua yang memperhatikan anaknya, pada umumnya sudah merasakan pada hati kecilnya bahwa anaknya mengalami penyimpangan perkembangan sejak masa bayi. Istilah autism diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Leo Kanner[3] (dalam papernya Autistic Distrubance of Affectife Contact ). Kanner menyatakan bahwa sekelompok anak yang ditelitinya terlihat adanya suatu gangguan mendasar dimana anak-anak tersebut sejak awal kehidupan tidak mampu melakukan interaksi sosial terhadap orang lain atau situasi tertentu seperti halnya anak normal. Selain itu ditemukan pula adanya kegagalan dalam membangun kemampuan berkomunikasi atau terjadinya keterbatasan dalam berbahasa. Gejala lainnya adalah terjadi penolakan pada perubahan yaitu munculnya keinginan yang kuat untuk mempertahankan lingkungan sekitar tetap sama. Biasanya gangguan perkembangan ini meliputi cara komunikasi, berinteraksi sosial dan kemampuan berimajinasi.[4] Diakui bahwa ibu yang paling besar peranannya pada anak, hal ini disebabkan oleh perkembangan individu itu semata-mata tergantung pada seseorang yang paling akrab dan sering berhubungan dengannya terutama ketika menyusui. Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat, bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (natus artinya lahir),[5]  perkembangan individu itu semata-mata dari dasar.

BAB II
DUNIA AUTISME
Anak autis adalah anak yang mempunyai beberapa talenta, bila pendidik dapat mengarahkan ke pendidikan yang lebih baik akan memperoleh hasil yang diinginkan. Melihat anak autis dilihat dari berbagai segi dan dimensi yang utuh sebagai anak titipan Tuhan. Oleh karena itu, guru harus memahami berbagai klasifikasi anak autis agar lebih memudahkan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak, sehingga pendidikan sesuai dengan yang diharapkan.                                                                                                                       
A. Klasifikasi Anak Autis                                                                         
      Autisme atau biasa disebut ASD (autistic spectrum disorder) adalah  gangguan perkembangan fungsi otak yang komplex dan sangat bervariasi  (spektrum). Gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, berinteraksi sosial dan kemampuan berimajinasi.[1] Gangguan perilaku yaitu adanya perilaku stereotipe/khas seperti mengepakkan tangan, melompat-lompat, berjalan jinjit, senang pada benda yang berputar atau memutar-mutarkan benda, mengketuk-ketukkan benda ke benda lain, obsesi pada bagian benda atau benda yang tidak wajar dan berbagai bentuk masalah perilaku lain yang tidak wajar bagi anak seusianya. [2] Secara intelektual ia cerdas seperti anak normal, tetapi kacau dalam konsep, bingung bila didekatkan pada detail-detail kecil karena kehilangan makna prioritas.                                                                                                Antonio Damasio, ahli neorologi yang dikunjungi Elliot, terkejut karena ada salah satu unsur yang hilang dari repertoar mental Elliot, [3] meskipun  tidak ada salah pada logika, ingatan, perhatian, atau kognitif lainya, Elliot praktis tidak mengetahui apa perasaannya atas hal-hal yang terjadi pada dirinya.[4] Yang paling mencolok, Elliot dapat menceritakan peristiwa-peristiwa tragis dengan nada amat datar, seolah-olah ia hanya pengamat kehilangan dan kegagalan masa lampaunya. Tanpa nada sesal atau sedih, kecewa atau marah terhadap ketidakadilan atas hidupnya.[5] Menurut kesimpulan bahwa sumber ketidaksadaran emosional ini adalah dibuangnya lobus preferontal [6] bersamaan pembedahan tumor otaknya.

ACTION PLAN
GURU PAI SMK TAMAN SISWA BANJARNEGARA
JAWA TENGAH


Oleh:
ELY SUKASIH
NIM : 08.2.00.1.12.0013


















SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA

ACTION PLAN
GURU PAI SMK TAMAN SISWA BANJARNEGARA
Visi SMK Tamansiswa Banjarnegara
Mewujudkan siswa yang unggul dan berprestasi untuk menuju SMK  berstandar regional, nasional dan internasional.   
Misi SMK Tamansiswa Banjarnegara  
  1. Menanamkan Iman dan Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
  2. Menghasilkan tamatan yang profesional dibidangnya dan berbudi pekerti luhur
  3. Mengembangkan IPTEK, mampu bersaing dalam dunia kerja di era globalisasi dan pasar bebas
  4. Menjadikan masyarakat tertib damai salam dan bahagia
Tujuan SMK Tamansiswa Banjarnegara  
  1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional.
  2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkompetensi dan mampu mengembangkan diri.
  3. Menyiapkan siswa mengisi tenaga kerja tingkat menengah yang mandiri (bekerja untuk dirinya sendiri) dan atau untuk mengisi kebutuhan dunia kerja.
  4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif.

Berbagai usaha untuk memberdayakan guru


Berbagai usaha untuk memberdayakan guru
Untuk mewujudkan profil guru yang diinginkan pada abad mendatang, berbagai usaha perlu dilakukan. Menyimak hasil analisis profil guru pada saat ini (Wardani, 1998), tampaknya ciri-ciri keprofesionalan guru masih belum banyak terwujud. Berbagai hasil penelitian (Jiyono, 1992; Nielson, D., dkk, 1996; Nasoetion, 1996; &Wardani, 1996) menunjukkan bahwa kinerja guru masih belum sesuai dengan harapan, baik dalam hal penguasaan materi ajaran maupun dalam pengelolaan pembelajaran. Proses belajar mengajar yang masih banyak didominasi guru, kurangnya kemampuan dan kesadaran guru untuk memfasilitasi dan menumbuhkan dampak pengiring, menyebabkan siswa lebih banyak bergulat dengan bahan hapalan daripada mempertanyakan, memprediksi, atau memecahkan masalah. Citra guru yang masih rendah menyebabkan pekerjaan sebagai guru bukan merupakan pilihan utama, sehingga yang ingin menjadi guru, sebagian besar bukan putra terbaik bangsa. Kondisi ini didukung oleh sangat rendahnya kesejahteraan guru, sehingga guru tidak mampu memfokuskan perhatian pada tugas-tugasnya karena harus mencari pekerjaan sambilan untuk menghidupi keluarga.

Selasa, 08 Mei 2012

Hakikat profesi guru


Hakikat profesi guru
Pada hakikatnya, pekerjaan guru dianggap sebagai pekerjaan yang mulia, yang sangat berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka perlu ditekankan bahwa yang layak menjadi guru adalah orang-orang pilihan yang mampu menjadi panutan bagi anak didiknya. Hal ini sesuai dengan hakikat pekerjaan guru sebagai pekerjaan profesional, yang menurut Darling-Hamond & Goodwin (1993) paling tidak mempunyai tiga ciri utama. Ketiga ciri tersebut adalah: (1) penerapan ilmu dalam pelaksanaan pekerjaan didasarkan pada kepentingan individu pada setiap kasus, (2) mempunyai mekanisme internal yang terstruktur, yang mengatur rekrutmen, pelatihan, pemberian lisensi (ijin kerja), dan ukuran standar untuk praktik yang ethis dan memadai; serta (3) mengemban tanggung jawab utama terhadap kebutuhan kliennya.