Jumat, 25 Mei 2012


Anak sholeh di mata orang tua

Dan orang-orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah untuk kami isteri-isteri dan anak keturunan kami yang menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Al-Furqan: 74)
                 Imam Ibnu Katsir memahami qurratu a’yun dalam ayat ini sebagai anak keturunan yang taat dan patuh mengabdi kepada Allah. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa keluarga yang dikategorikan qurratu a’yun adalah mereka yang menyenangkan pandangan mata di dunia dan di akhirat karena mereka menjalankan ketaatan kepada Allah, dan memang kata Hasan Al-Bashri tidak ada yang lebih menyejukkan mata selain dari keberadaan anak keturunan yang taat kepada Allah swt.
             Secara bahasa, anak dalam bahasa Arab lebih tepat disebut dengan istilah At-Thifl Pengarang Al-Mu’jam al-Wasith mengartikan kata At-Thifl sebagai anak kecil hingga usia baligh.
           Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan anak sebagai keturunan kedua. Disamping itu anak juga berarti manusia yang masih kecil. Anak juga pada hakekatnya adalah seorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa seiring dengan pertambahan usia. Dalam kontek ini, maka anak memerlukan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa (orang tua dan para pendidik).

             Berdasarkan pembacaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebut kata Ath-Thifl yang berarti anak yang masih kecil sebelum usia baligh, maka terdapat empat ayat yang menyebut kata ini secara tekstual. Dua ayat berbicara tentang proses kejadian manusia yang berawal dari air mani, yaitu surah Al-Hajj: 5 dan surah Ghafir: 67. Sedangkan kedua ayat lainnya yang menyebut kata At-Thifl terdapat dalam surah An-Nur : 31 dan 59 yang menjelaskan tentang adab seorang anak di dalam rumah terhadap kedua orang tuanya.

               Yang paling mendasar dalam pembahasan seputar anak tentu tentang kedudukan anak dalam perspektif Al-Qur’an agar dapat dijadikan acuan oleh orang tua dan para pendidik untuk menghantarkan mereka menuju kebaikan dan memelihara serta meningkatkan potensi mereka. Al-Qur’an menggariskan bahwa anak merupakan karunia sekaligus amanah Allah swt, sumber kebahagiaan keluarga dan penerus garis keturunan orang tuanya. Keberadaan anak dapat menjadi: 1) Penguat iman bagi orang tuanya [QS: 37: 102] seperti yang tergambar dalam kisah Ibrahim ketika merasa kesulitan melakukan titah Allah untuk menyembelih Ismail, justru Ismail membantu agar ayahnya mematuhi perintah Allah swt untuk menyembelihnya, 2) Anak bisa menjadi do’a untuk kedua orang tuanya. [QS: 17: 24], 3) Anak juga dapat menjadi penyejuk hati (Qurratu A’ayun), [QS: 25: 74], 4) menjadi pendorong untuk perbuatan yang baik [QS: 19: 44]. Akan tetapi, pada masa yang sama, anak juga dapat menjadi 5) fitnah, [QS: 8; 28] 6), bahkan anak dapat menjelma menjadi musuh bagi orang tuanya. [QS: 65: 14]

ALAM TUHAN DAN MANUSIA
  1. Latar Belakang Msalah
            Alam adalah ciptaan Allah yang dipersiapkan dan diperuntukan untuk seluruh penghuni jagat raya baik manusia hewan tumbuh-tumbuhan atau seluruh binatang yang melata sekalipun tidak pernah alfa dari pengawasanya. Alloh memberikan yang ada di alam bumi  semua sama ada rezekinya masins-masing dan semua dapat rejeki yang layak al quran ; Wama min dzabatin ila ‘alallahi rizkiha’ dan semua makhluk yang ada di alam tidak lepas dalam pengawasanya dan tidaklah allah menciptakannya dengan sia-sia dalam al-Qur’an ‘ wama kholaka hadza bathila’. Mengapa allah menciptakan alam semesta ? Untuk apa sebenarnya allah menciptakan alam beserta isinya ? Adakah konsekwensi manusia dengan adanya alam semesta? Akankah manusia dimintai pertanggung jawaban dengan adanya alam beserta isinya? Apa tugas kita sebagai manusia ketika kita berada di alam yang sangat agung serata mempesona? Allah jadikan gunung-gunung yang indah yang tidak ada yang kuasa menghancurkan kekokohan gunung kecuali dengan ijin yang kuasa. Siapa yang mengendalikan gunung-gunung, angin , laut serta alam yang penuh dengan fatamorgana. Keindahan alam tidak lain Allohlah sebagai penciptanya .

Senin, 21 Mei 2012

senyum yang jujur


Senyum yang jujur
Senyum yang jujur,sejati,dan putih dianggap sebagai piranti valid yang mengekspresikan kesenangan yang spontan,kegembiraan,dan kejujuran perasaan.senyum itu termasuk salah satu keharusandalam interaksi antar manusia,dalam usaha membentuk kejujuran yang sukses,dalam membangun keterusterangan keluarga,dalam seluruh hubungan antar manusia,antar soudara,atara teman dengan temanya,dan antara pemimpin dengan rakyatnya.
Semua itu muncul dari simbol yang dikandung oleh senyuman ,yakni cinta dan kasih sayang kepada seseorang yang dikirimkan kepadanya. Senyuman itu, menyerupai surat cinta seseorang
Yang dikirimkan kepada orang yang dicintainya. Senyum yang jujur adalah surga yang jernih,semerbak harum kehidupan, motivasi kedamaian,yang dikirimkan kepada ruhani, serta pengobat luka hati. Harga sebuah senyuman yang jujur lebih mahal dari pada harga emas dan intan permata,tiada kehidupan tanpa senyuman. Satu senyuman telah cukup untuk memperindah hati dengan perhiasan ikhlas. Satu senyuman yang jujur sudah memadai untuk menjadikan hati mampu membumbung tinggi menuju alam yang aman.satu senyuman yang jujur sudah cukup untuk menjadikan kehidupan menjadi damai.didalam satu senyuman jujur, urat dan keindahan wajah yang pokok akan menggangkat kedua sudut mulut, sementara pipi akan mengangkat urat lainya dan menarik kulit  di sekitar bagian lekuk mata, seukuran dengan kekuatan perasaanya. Senyuman ini biasanya berlangsung singkat dan kejujuranya langsung terasa oleh siapapun yang mendapatkannya, kemudian meninggalkan kesan yang indah pada dirinya.
·         Senyum yang jujur adalah pelipur lara bagi hati, ketika dia terluka
·         Senyum yang jujur adalah’jimat’ yang mampu menghancurkan batu di saat sulit
·         Senyum yang jujur adalah kembalinya harapan di antara hati yang remuk redam akibat perdebatan
·         Senyum yang jujur adalah kalung penyambung antara hati dan bibir
·         Senyum yang jujur adalah bahasa yang jelas  dan indah, tidak perlu diterjemahkan lagi.
·         Senyum yang jujur adalah simbol pemberian, landasan bagi orang-orang yang mencintai kebaikan yang berlimpah,dan karakter orang –orang yang mulia
·         Senyum yang jujur adalah jaring hati
·         Senyum yang jujur adalah yang di makdud nabi muhammad dengan  sabda “ tersenyunnya kamu di hadapan saudaramu itu bernilai sedekah untuk dirimu”
·         Senyum yang jujur adalah senyum yang menenangkan anak muda dan dan membangkitkan kehangatan di hati orang tua
·         Senyum yang jujur adalah senyum yang mendekatkan orang yang jauh dan menenangkan orang takut yang meminta perlindungan
·         Senyuman palsu adalah adalah senyuman yang terjadi ketika seseorang memaksa dirinya untuk bermanis muka atau trpaksa melakukanya untuk menyelamatkan diri dari kondisi yang tidak menyenangkan. Senyum ini tidak menunjukan kasih sayang dari cinta saat senyuman palsu dilakukan, kedua bibir pelakunya menjadi satu dan dua sudut mulutnya berdekatan dan lurus, tanpa mengakibatkan kesan sedikitpun pada kedua mata. Rentang waktu senyuman ini lebih lama daripada senyum yang jujur .namun orang yang mendapatkan senyuman ini tak kan tertipu dan dia pasti dapat menggungkapkan kepalsuan itu

Minggu, 13 Mei 2012


PENDIDIKAN KREATIVITAS
PADA  ANAK AUTIS

PRPOOSAL TESIS

Dimajukan Pada Sekolah Pascasarjana
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Magister dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh:

ELY SUKASIH

NIM: 08.2.00.1.12.08.0008



















SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430/2009 M






PROPOSAL TESIS
PENDIDIKAN  KREATIVITAS  PADA ANAK  AUTIS

( Studi Kasus  Sekolah Pelatihan Al-Ikhsan)

A.   Latar Belakang Masalah
           Autis  [1] atau  autism spectrum disorder  termasuk At Risk atau sindrom aspenger, [2] yang  memerlukan penanganan khusus, atau lebih dikenal  ‘special needs’ (anak  berkebutuhan khusus).  Kesulitan dalam pemahaman autism  dapat menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang secara umum dapat mempengaruhi proses perkembangannya untuk meraih masa depan yang lebih baik. Orang tua yang memperhatikan anaknya, pada umumnya sudah merasakan pada hati kecilnya bahwa anaknya mengalami penyimpangan perkembangan sejak masa bayi. Istilah autism diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Leo Kanner[3] (dalam papernya Autistic Distrubance of Affectife Contact ). Kanner menyatakan bahwa sekelompok anak yang ditelitinya terlihat adanya suatu gangguan mendasar dimana anak-anak tersebut sejak awal kehidupan tidak mampu melakukan interaksi sosial terhadap orang lain atau situasi tertentu seperti halnya anak normal. Selain itu ditemukan pula adanya kegagalan dalam membangun kemampuan berkomunikasi atau terjadinya keterbatasan dalam berbahasa. Gejala lainnya adalah terjadi penolakan pada perubahan yaitu munculnya keinginan yang kuat untuk mempertahankan lingkungan sekitar tetap sama. Biasanya gangguan perkembangan ini meliputi cara komunikasi, berinteraksi sosial dan kemampuan berimajinasi.[4] Diakui bahwa ibu yang paling besar peranannya pada anak, hal ini disebabkan oleh perkembangan individu itu semata-mata tergantung pada seseorang yang paling akrab dan sering berhubungan dengannya terutama ketika menyusui. Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat, bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (natus artinya lahir),[5]  perkembangan individu itu semata-mata dari dasar.

BAB II
DUNIA AUTISME
Anak autis adalah anak yang mempunyai beberapa talenta, bila pendidik dapat mengarahkan ke pendidikan yang lebih baik akan memperoleh hasil yang diinginkan. Melihat anak autis dilihat dari berbagai segi dan dimensi yang utuh sebagai anak titipan Tuhan. Oleh karena itu, guru harus memahami berbagai klasifikasi anak autis agar lebih memudahkan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak, sehingga pendidikan sesuai dengan yang diharapkan.                                                                                                                       
A. Klasifikasi Anak Autis                                                                         
      Autisme atau biasa disebut ASD (autistic spectrum disorder) adalah  gangguan perkembangan fungsi otak yang komplex dan sangat bervariasi  (spektrum). Gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, berinteraksi sosial dan kemampuan berimajinasi.[1] Gangguan perilaku yaitu adanya perilaku stereotipe/khas seperti mengepakkan tangan, melompat-lompat, berjalan jinjit, senang pada benda yang berputar atau memutar-mutarkan benda, mengketuk-ketukkan benda ke benda lain, obsesi pada bagian benda atau benda yang tidak wajar dan berbagai bentuk masalah perilaku lain yang tidak wajar bagi anak seusianya. [2] Secara intelektual ia cerdas seperti anak normal, tetapi kacau dalam konsep, bingung bila didekatkan pada detail-detail kecil karena kehilangan makna prioritas.                                                                                                Antonio Damasio, ahli neorologi yang dikunjungi Elliot, terkejut karena ada salah satu unsur yang hilang dari repertoar mental Elliot, [3] meskipun  tidak ada salah pada logika, ingatan, perhatian, atau kognitif lainya, Elliot praktis tidak mengetahui apa perasaannya atas hal-hal yang terjadi pada dirinya.[4] Yang paling mencolok, Elliot dapat menceritakan peristiwa-peristiwa tragis dengan nada amat datar, seolah-olah ia hanya pengamat kehilangan dan kegagalan masa lampaunya. Tanpa nada sesal atau sedih, kecewa atau marah terhadap ketidakadilan atas hidupnya.[5] Menurut kesimpulan bahwa sumber ketidaksadaran emosional ini adalah dibuangnya lobus preferontal [6] bersamaan pembedahan tumor otaknya.

ACTION PLAN
GURU PAI SMK TAMAN SISWA BANJARNEGARA
JAWA TENGAH


Oleh:
ELY SUKASIH
NIM : 08.2.00.1.12.0013


















SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA

ACTION PLAN
GURU PAI SMK TAMAN SISWA BANJARNEGARA
Visi SMK Tamansiswa Banjarnegara
Mewujudkan siswa yang unggul dan berprestasi untuk menuju SMK  berstandar regional, nasional dan internasional.   
Misi SMK Tamansiswa Banjarnegara  
  1. Menanamkan Iman dan Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
  2. Menghasilkan tamatan yang profesional dibidangnya dan berbudi pekerti luhur
  3. Mengembangkan IPTEK, mampu bersaing dalam dunia kerja di era globalisasi dan pasar bebas
  4. Menjadikan masyarakat tertib damai salam dan bahagia
Tujuan SMK Tamansiswa Banjarnegara  
  1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional.
  2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkompetensi dan mampu mengembangkan diri.
  3. Menyiapkan siswa mengisi tenaga kerja tingkat menengah yang mandiri (bekerja untuk dirinya sendiri) dan atau untuk mengisi kebutuhan dunia kerja.
  4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif.

Berbagai usaha untuk memberdayakan guru


Berbagai usaha untuk memberdayakan guru
Untuk mewujudkan profil guru yang diinginkan pada abad mendatang, berbagai usaha perlu dilakukan. Menyimak hasil analisis profil guru pada saat ini (Wardani, 1998), tampaknya ciri-ciri keprofesionalan guru masih belum banyak terwujud. Berbagai hasil penelitian (Jiyono, 1992; Nielson, D., dkk, 1996; Nasoetion, 1996; &Wardani, 1996) menunjukkan bahwa kinerja guru masih belum sesuai dengan harapan, baik dalam hal penguasaan materi ajaran maupun dalam pengelolaan pembelajaran. Proses belajar mengajar yang masih banyak didominasi guru, kurangnya kemampuan dan kesadaran guru untuk memfasilitasi dan menumbuhkan dampak pengiring, menyebabkan siswa lebih banyak bergulat dengan bahan hapalan daripada mempertanyakan, memprediksi, atau memecahkan masalah. Citra guru yang masih rendah menyebabkan pekerjaan sebagai guru bukan merupakan pilihan utama, sehingga yang ingin menjadi guru, sebagian besar bukan putra terbaik bangsa. Kondisi ini didukung oleh sangat rendahnya kesejahteraan guru, sehingga guru tidak mampu memfokuskan perhatian pada tugas-tugasnya karena harus mencari pekerjaan sambilan untuk menghidupi keluarga.

Selasa, 08 Mei 2012

Hakikat profesi guru


Hakikat profesi guru
Pada hakikatnya, pekerjaan guru dianggap sebagai pekerjaan yang mulia, yang sangat berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka perlu ditekankan bahwa yang layak menjadi guru adalah orang-orang pilihan yang mampu menjadi panutan bagi anak didiknya. Hal ini sesuai dengan hakikat pekerjaan guru sebagai pekerjaan profesional, yang menurut Darling-Hamond & Goodwin (1993) paling tidak mempunyai tiga ciri utama. Ketiga ciri tersebut adalah: (1) penerapan ilmu dalam pelaksanaan pekerjaan didasarkan pada kepentingan individu pada setiap kasus, (2) mempunyai mekanisme internal yang terstruktur, yang mengatur rekrutmen, pelatihan, pemberian lisensi (ijin kerja), dan ukuran standar untuk praktik yang ethis dan memadai; serta (3) mengemban tanggung jawab utama terhadap kebutuhan kliennya.

Senin, 07 Mei 2012

Pelipur lara Orang-orang yang Bersedih dan Orang-Orang yang selalu bergantung kepada Orang Lain


Pelipur lara Orang-orang yang Bersedih dan Orang-Orang yang selalu bergantung kepada Orang Lain


“Terilhami setelah membaca sebuah tulisan dan sebuah perenungan panjang ketika harus menentukan pilihan satu diantara banyak orang yang menjadi pilihan terakhir didalam menata hidup menjadi lebih hidup”.

Lihat Tulisan Yang Pernah Kau Baca ya......

ABSTRAK


ABSTRAK
 Autisma, sebuah sindroma gangguan perkembangan sistem syaraf pusat yang ditemukan pada sejumlah anak ketika masa kanak-kanak hingga masa-masa sesudahnya. Ironisnya, sindrom tersebut membuat anak-anak yang menyandangnya tidak mampu menjalin hubungan sosial secara normal, bahkan tidak mampu untuk menjalin komunikasi dua arah.
Namun Penelitian ini membuktikan bahwa anak autis dapat berkembang dengan maksimal dan mempunyai benefiditas bagi orang lain. Anak penyandang autis yang mengalami keterbatasan dalam bahasa ekspresif dan bahasa reseptif akan sulit menyampaikan isi pikiranya maupun memahami kata-kata yang diterimanya. Anak penyandang autis yang mengalami hambatan pada area bahasa reseptif dapat mendengar kata-kata tetapi mereka tidak selalu memahami arti kata seperti pada anak-anak normal lainya.   

ISU-ISU GLOBAL


ISU-ISU GLOBAL PENDIDIKAN DALAM KONTEKS GENDER DAN MULTUKULTURAL
A. Latar belakang Masalah
              Perkembangan pendidikan nasional yang berakibat pada pendidikan yang berkiblat pada pendidikan Amerika berkembang pesat dan menunjukan hasil yang luar biasa. Namun perlu dicatat bahwa kecepatan perkembangan pendidikan nasional ini cendererung mendorong pendidikan kearah  system pendidikan yang bersifat sentralistik . Birokrasi pusat cenderung menekankan proses pendidikan secara klasikal dan bersifat mekanistik. Dengan demikian proses pendidikan cenderung diperlakukan sebagaimana sebuah pabrik. Hasilnya berkembanglah manusia-manusia yang bermental ‘juklak’ dan ‘juknis’ yang siap diperlakukan secara seragam.
             Kualitas out put pendidikan yang berkiblat ke Amerika mulai dirasakan bahwa praktek pendidikan cenderung munculnya generasi terdidik yang bersifat materialistis , individualis dan konsumtif serta munculnya mentalitas ‘ jalan pintas’, dengan semangat dan kemauan untuk mendapatkan hasil secepat mungkin, baik digenerasi tua ataupun muda. Tekanan kemiskinan menimbulkan obsesi bahwa kekayaan merupakan obat yang harus segera diperoleh dengan biaya apapun juga. Oleh karena itu tujuan kegiatan  adalah ‘kekayaan’, dan yang lainya merupakan instrument variable untuk mencapai kekayaan tersebut. Pendidikan khusus akan di perlakukan sebagai lembaga mencentak ‘tenaga kerja”, bukan lembaga yang menghasilkan “manusia utuh”(The whole Person) oleh karena itu, perlu adanya usaha untuk untuk mengembalikan kesadaran dikalangan khususnya generasi muda akan pendidikan dengan tekanan menciptakan  pentingnya pencapaian tujuan jangka  panjang, memahami makna proses yang harus dilalui dan menyadari pentingnya nilai-nilai yang harus mucul dari diri sendiri. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi Dalam  dan proses pendidikan  dengan tekanan menciptakan system yang lebih komperhensif  dan fleksibel , sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan global demokratis. Untuk itu pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan  potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan  dan tanggung jawab[1].
            Globalisasi adalah kesan yang paling nyata sehingga menuntut perubahan demi perubahan hingga,  keperingkat pendidikan dan sekolahan. Berdasarkan desakan nasional, kurikulum sekolah merupakan sekumpulan proses yang bersifat interaktif yang tidak dapat dilihat sebagai hitam –putih melainkan setiap interaksi harus dilihat sebagai satu bagian dari keseluruhan interaksi yang ada. Fleksibel-Adaptif, berarti pendidikan lebih suatu proses learning daripada teaching. Anggaran pendidikan 20% adalah sebuah perjuangan panjang bangsa Indonesia yang ingin bangkit  dari keterpurukan dan keterbelakangan dalam banyak hal. Pendidikan harus dapat memecahkan problematika sosial bangsa dan serangkian aktifitas menuju perubahan yang lebih baik.
              Pendidikan nasional  Indonesia yang berada dibawah Departemen Pendidikan Nasional dan Badan Standar Nasional pendidikan (BSNP) harus mengubah wujudnya jadi membumi. Artinya pendidikan yang selama ini dirasakan mahal dan kurang membantu orang kecil sudah dapat dicarikan solusinya. Sementara itu, kecenderungan global saat ini ditandai dengan munculnya nilai-nilai baru yang harus dilaksanakan karena sifatnya universal. Implikasi dari suatu budaya yang dianut ternyata mengakibatkan terjadinya pengaruh yang signifikan terhadap nilai-nilai budaya tersebut dalam pendidikan nasional. Secara langsung ataupun tidak langsung teryata ide atau gagasan yang berkembang dimana saja di belahan dunia ini mengakibatkan terjadinya perubahan nilai dan norma di belahan dunia lain. Adanya kecenderungan untuk memanfaatkan , ternyata membawa akibat yang besar terhadap perkembangan pendidikan . Adanya kecenderungan untuk memanfaatkan , ternyata membawa akibat yang besar terhadap perkembangan pendidikan. Oleh karena itu proses memanusiakan manusia terkadang tidak menjamin  adanya humanism, tetapi menimbulkan kecenderungan dehumanisme.
             Di samping itu adanya hidden curriculum, yaitu  kurikulum tersembunyi tetapi tersaji secara mudah  serta instant untuk dilihat dan dijadikan contoh sehingga dalam pendidikan kerap terjadi sub-ordinasi nilai-nilai kemanusian . Inilah seharusnya dihindari oleh system pendidikan. Pendidikan adalah program sterategi jangka panjang, karena itu kerja keras dan perbaikan serta peningkatan bidang pendidikan tidak bisa dijalankan secara reaktif, sambil lalu dan seenaknya , melainkan harus secara proaktif , intensif dan setrategis. Pendidikan memiliki arti yang besar dalam  meningkatkan kesadaran individu yang pada giliranya nanti individu-individu terdidik tersebut akan memberikan kontribusinya yang jelas terhadap komunitas masyarakat dan bangsanya. Globalisasi akan membawa perubahan yang mencakup hampir semua aspek kehidupan, termasuk kesetaraan jender , pluralism, dan demokrasi, hak asasi manusia, globalisasi, serta ketimpangan yang lain dalam makalah ini hanya akan menitikberatkan pada tiga unsur pembahasaan yang berkaitan dengan isu-isu pendidikan global yang saat ini berkembang. Setidaknya akan memperkaya pengetahuan kita tentang gender dan permasalahanya serta solusi terbaik menurut ajaran islam yang sesuai dengan tuntutan al-quran , karena sebelum gender itu mulai marak islam telah lebih dulu mengupasnya dalam tradisi yang berlaku saat itu, seperti pada masa bangsa Arab. Yang jelas memang telah terwujud masyarakat matriaki di dalam masyarakat Arab, kemudian berubah menjadi masyarakat patriaki, setidaknya pernah mengalami masa transi si dalam bentuk masyarakat bilateral, tempat laki-laki dan perempuan mempunyai peranan yang sama dalam keluarga dan masyarakat.
a)      Pengertian Jender
 Jender berasal dari bahas inggris , gender berarti “jenis kelamin”[2]. Dalam Webster’s New World Dictionary, jender diartikan sebagai “perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku “.[3] Di dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa jender adalah suatu konsep cultural yang berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat[4].H. T. Wilson dalam sex and gender mengartikan jender sebagai suatu dasar untuk menentukan perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan.
               Elaine Showalter mengartikan jender lebih dari sekedar pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari kontruksi sosial-budaya. Ia menekankanya sebagai konsep analisis (an analisis consept) yang dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu[5]. Meskipun kata gender belum termasuk dalam perbendaharaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah tersebut sudah lazim digunakan, khususnya di Kantor Menteri Negara Urusan Wanita dengan ejaan ‘Jender’. Jender diartikan sebagai “ interprestasi mental dan cultural terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Jender biasanya dipergunakan untuk menunjukan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan ”[6].
              Gender mainstreaming di sisi lain adalah upaya sistematis perbaikan relasi gender, dimana posisi perempuan diapresiasi dan dibantu karena faktor objektif meniscayakan demikian dalam kerangka perbaikan peradaban manusia modern dan kontemporer.[7]Pada masa orde lama, keberdayaan masyarakat mencapai puncaknya dari sisi politik , tetapi tidak di wilayah sosial kemasyarakatan dan ekonomi.
               Di masa Orde Baru , terjadi de-idiologisasi partai politik termasuk di dalamnya reorentasi pergerakan perempuan kearah budaya. Pada masa reformasi terjadi euporia lepas dari kunkungan dan tekanan Negara, desakan masyarakat Internasional  terhadap pentingnya jender meningkat, membuka kembali kesempatan lebih luas terhadap perempuan. Walaupun saat ini banyak perempuan yang telah banyak mendapatkan akses pendidika yang sama , nyatanya dalam percaturan politik belum memenuhi quota yang ada. Ketika telah banyak menyuarakan pembebasan untuk berpolitik perempuan masih menduduki tempat yang belum menjanjikan. Namun karena secara umum, keberdayaan masyarakat Indonesia vis a vis Negara lemah, maka keberdayaan perempuan juga lemah dan bahkan lebih lemah dari masyarakat kaum lelaki. Sejak kehadiran penjajahan belanda, perempuan nusantara menghadapi penderitaan baru (new suffering ), yaitu penderitaan akibat penjajahan .
            Peranan perempuan secara umum yang kurang menguntungkan saat itu, seperti mengerjakan tiga unsur pokok : kasur, dapur dan sumur, karena tekanan baru, karena penjajah menempatkan mereka pada posisi yang tidak lebih baik. Keadaan demikian diperparah dengan kebijakan tanam paksa Belanda dari tahun 1830 sampai 1901. Kemandirian dan keberdayaan masyarakat  Nusantara mendapat hantaman yang besar sekali dari kebijakan ini.
             Para pemilik tanah yang tadinya memiliki status mandiri dan berkuasa atas tanahnya, kemudian bergerak sebaliknya menjadi tidak mandiri dan penguasaan kekayaannya melemah bahkan hilang. Belanda memaksa mereka untuk bercocok tanaman komodite yang diinginkan mereka di tanah rakyat. Sementara hasilny diatur oleh belanda yang pengaturanya membuat masyarakat semakin lemah. Kebijakan ini muncul karena Belanda ingin mempertahankan dan meningkatkan pemenuhan kebutuhan bahan pokok dan rempah-rempah negerinya dan ikut bersaing dalam perdagangan dunia khususnya Eropa[8].
           Dalam situasi seperti ini, dapat dipastikan keadaan perempuan semakin buruk dari berbagai sisinya : politik, ekonomi, sosial dan pendidikan. Namun pada masa sulit tersebut, kebijakan belanda memberi pendidikan walaupun bagi kalangan terbatas, telah menumbuhkan kesadaraan baru, salah satunya kesadaran nasionalisme dan kesetaraan. Dalam konteks peranan perjuangan perempuan, hal demikian tercermin cukup jelas dalam perjuangan R.A. Kartini.
              Kartini dapat dipandang simbol perjuangan perempuan Indonesia. Kartini menyadari banyak yang salah dengan Nusantara saat itu, relasi laki-laki dan perempuan diantaranya . Kartini dianggap salah satu perempuan yang lantang dan kukuh memperjuangkan nasib perempuan. Harapanya untuk memajukan perempuan, lembaga pendidikan untuk perempuan dan pengorbananya demi mewujudkan cita-citanya adalah inspirasi bagi peerjuangan perempuan selanjutnya.  Pada periode ahir abad 19 dan awal abad 20, Nusantara sebenarnya mempunyai empat unsur modal budaya  : nilai pribumi, pan Islamisme Timur Tengah, modernitas dengan kapitalisme dan liberalism dan modernitas dengan sosialismenya.  Modal sosial ini mendorong berbagai gerakan masyarakat saat itu termasuk gerakan sosial perempuan setengah abad 20 pertama. Dalam sejarah kecenderungan demikian dikenal dengan gerakan kebangkitan sosial. Yang antara  lain terdiri dari R.A. Kartini (w. 1904), Cut Nyak Dhin (1850-1908), Cut Mutia ( 1870-1910) dan Maria Walanda Maramis (1872-1924)[9]. Perlu dicatat bahwa secara global awal abad 20 adalah awal kemunculan gender mainstreaming yang termasuk didalamnya gerakan emansipasi di Barat gerakan emansipasi ini mengarah pada pemberdayaan secara politik.  Memasuki era kemerdekaan tepatnya orde lama, gerakan perempuan juga memasuki era baru, yaitu mulai bergesernya gerakan perempuan dari gerakan sosial dan budaya kearah gerakan politik.
b). Perbedaan sex dan gender
                 Gender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-Budaya. Sementara sex secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi[10]. Menurut Showalter, Wacana jender mulai ramai di awal tahun 1977, ketika sekelompok feminis London tidak lagi memakai isu-isu lama seperti Patriarchal atau sexist, tetapi menggantinya dengan wacana jender (gender discourse)[11]. Beban jender seseorang tergantung dari nilai-nilai budaya yang berkembang di dalam masyarakatnya. Dalam masyarakat partrilineal dan andosenteris,  sejak awal beban jender seseorang anak laki-laki lebih dominan disbanding anak perempuan.  Terciptanya model dan system kekerabatan didalam suatu masyarakat memerlukan waktu dan proses sejarah yang panjang, dan ada berbagai faktor kondisi obyektif geografis, seperti ekologi. Dalam masyarakat lintas budaya, pola penentuan beban gender (gender assignment) lebih sekededar pengenalan terhadap alat kelamin, tetapi menyangkut nilai-nilai fundamental yang telah membudaya di dalam masyarakat. Meskipun sifat-sifat dasar genetika manusia mempunyai persamaan dengan makhluk biologis lainya, seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan, manusia mempunyai perkembangan lebih rumit dan kompleks, terutama dalam mendeteksi  dan mengontrol perkembangan fenotipe seksualnya[12].
c). Perpektif Teori Jender
                  Ada beberapa teori jender yang sangat berpengaruh dalam menjelaskan latar belakang perbedaan dan persamaan gender laki-laki dan perempuan. Teori ini di kemukakan oleh sigmuend freud (1856-1939), yang mengatakan perilaku dan kepribadian laki-laki dan perempuan ditentukan oleh perkembangan seksualitas. Freud menjelaskan bahwa kepribadian seseorang tersusun di atas tiga struktur, yaitu id, ego, dan super ego .  Pertama Id, sebagai pembawaan sifat-sifat fisik –biologis seseorang sejak lahir, termasuk nafsu seksual dan insting yang cenderung terlalu agresif. Id bagaikan sumber energy memberikan kekuatan terhadap struktur berikutnya. Id bekerja diluar system rasional dan senantiasa memberikan dorongan untuk mencari kesenangan dan kepuasaan biologis. Ke-dua ego, bekerja dalam lingkup rasional dan berupaya menjinakan keinginan agresif dari id. Ego berusaha mengatur hubungan antara keinginan subjektif individual dan tuntutan objektif realitas sosial dan membantu seseorang bertahan hidup dalam dunia realitas.  Ke-tiga super ego berfungsi aspek moral dalam kepribadian, berupaya mewujudkan kesempurnaan hidup, lebih dari sekedar mencari kesenangan dan kepuasan.






                  [1] . Zamroni, Paradigma pendidikan masa depan. (Jakarta : Biograf Publishing, 2000). H. 90
               [2] . John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia, Cet. XII, 1986. H. 265. Sebenarnya arti ini kurang tepat, karena dengan demikian gender disamakan pengertianya dengan sex yang berarti jenis kelamin . Persoalannya karena kata jender termasuk kosa kata baru sehingga pengertianya belum di temukan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
                [3]. The apparent disparity between man and women in values and behavior). Lihat Victoria Neufeltd (ed.), Webster’s New World Dictionary, New York : Webster’s New World Clevendland, 1984, h. 561.
                 [4] . Helen Tierney (ed), Womenn’s Studies Encyclopedia, vol. I. New York : Green Wood Press, h. 153.
                [5]. Umar Nassaruddin, Argumen Kesetaraan Jender perspektif al-qur’an. Jakarta : Paramadina  2001, h. 34. Cet . II.
              [6]. Kantor Menteri Negara Urusan Peranaan  Wanita , Buku III : Pengantar Teknik Analisa Jender, 1992, 1992, h. 3
            [7]. Kusmana JM. Muslimin , Paradigma Baru Pendidikan Restropeksi dan Proyeksi Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PIC UIN 2008 . Cet I. h. 213
               [8]. Kusmana JM. Muslimin, Paradigma Baru Pendidikan Restropeksi dan Proyeksi Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia,
             [9]. Kusmana JM. Muslimin, Paradigma Baru Pendidikan : Restropeksi Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PIC UIN 2008, Cet. I. h. 218
            [10]. Istilah sex berarti jenis kelamin lebih banyak berkosentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainya, sementara gender lebih banyak berkosentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non biologis lainya, Jhon M. Echols dan Hasan Shadily , Kamus Inggris Indonesia,  Jakarta : Gramedia, Cet. X. H. 265.
            [11]. Lihat, Elaine Showalter, (ed.), Speking of gender, New York & London : Routledge, 1989. H. 5
              [12]. Fenotipe seksual (sexual fhenotype) adalah ekspresi genetika yang merujuk kepada sifat organism biologis, misalnya struktur, fisiologi, biokimia, perilaku, atau keseluruhan unsure-unsur tersebut. Kemudian fenotipe seksual itu sendiri berinteraksi antara faktor genetika dan lingkungan. (Lihat, Linda R. Maxon & Charles H. Daugherty, Genetics a Human Perspektive, Lowa : W.M.C. Brown Publisher, 1985, h. 136